DEWI ISTIQAMAH

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Si Dedek Nyantri

Tantangan menulis 30 hari# hari ke 3#

Si Dedek Nyantri

"Dedek nggak mau sekolah disini, Dedek mau balik aja sama Bunda," ujar Dedek sambil menangis. Suaranya terdengar jelas ditelingaku.

"Kak, gimana nih," tanya Wati adikku. Suranya jelas terasa bingung ketika menelponku. Sementara suara Dedek yang berada disampingnya masih terdengar jelas menangis minta pulang.

"Kok minta pulang? ada apa?, tanyaku nggak ngerti.

"Pokoknya dia minta pulang Kak, nggak betah disini," jawab adikku menjelaskan.

"Kalau begitu berikan Hp ini kepada Dedek, "ujarku. Dedek adalah anak laki-laki saudara perempuanku yang sekarang sudah memasuki pembelajaran di salah satu pesantren di kabupaten yang berjarak 2 jam perjalanan dari kota kami. Sejak awal kelas VI SD Dedek dudah bertekad untuk melanjutkan pendidikannya di Pesantren.

Sebelum mendaftar aku sudah mulai memberikan gambaran sedikit banyaknya tentang pola pendidikan di Pesantren semampuku, dan Dedek tetap memutuskan untuk sekolah di Pesantren tersebut.

"Dek, bukannya kamu udah memutuskan untuk sekolah di pesantren," tanyaku dengan lembut. Bukannya Dedek yang ingin mendalami ilmu agama dan ingin melindungi keluarga dari hal-hal yang menyesatkan? Apakah Dedek masih ingin membawa keluarga besar kita ke Syurga-Nya?, ujarku lagi

"Masih Ummi, ujarnya masih terisak

"Lalu, kenapa sekarang Dedek menangis dan minta pulang kerumah," ujarku lagi.

"Ummi mau Dedek belajar untuk berkomitmen dan mau menepati serta melaksanakannya dengan baik, karena itu berarti Dedek sudah menepati janji kepada diri sendiri," lanjutku.

Lama Dedek terdiam mendengar ucapanku. Terdengar dia menghela nafasnya.

" Gimana Dek?, tanyaku lagi

" Baik Ummi, Dek akan coba untuk kuat seperti yang Ummi bilang tadi," ujar Dedek melegakanku. Tapi..., katanya terputus.

"Tapi apa Dek?, ujarku cepat."Tapi Ummi harus datang mengunjungi Dek kesini," ujarnya penuh harap. Seketika hatiku terharu, Dedek sudah kuanggap seperti anakku sendiri. Hubungan kami sangat dekat, sehingga dia memanggilku dengan sebutan Ummi seperti anakku memanggilku.

Itu adalah percakapanku 1 minggu yang lalu. Hari ini kutepati janjiku padanya. Aku berdiri menatap haru melihat Dedek berlari-lari lecil menuruni jalanan menurun dari asramanya ke ruang terbuka tempat pertemuan santri dengan orang tuanya. kain sarung yang digunakannya sedikit melorot dari pinggangnya yang kecil. Kopiah hitam melekat diatas kepalanya. Senyum yang mengembang di bibirnya membuat hatiku semakin lega.

Pertemuan selama 2 jam terasa begitu singkat. Ia sangat gembira ketika kubawakan makanan-makanan kecil kesukaannya. Dedek kulihat mulai menerima lingkungan belajar dan tinggalnya yang baru.

" Dedek pasti kuat dan Dedek InsyaAllah akan berhasil melalui semua ini dengan baik," ujarku ketika mau pamit.

" InsyaAllah Ummi, do'akan Dek ya..., katanya penuh harap.

"InsyaAllah," jawabku sambil berlalu.

Dedek melambaikan tangannya dan mengantarkan kepergianku. Terasa ada rasa sesak didada dan mataku memanas. Lama ku terdiam seraya berbisik dalam hati "biarlah hari ini Bundanya dan Aku menangis karena berpisah dengannya dalam menuntut ilmu agama, daripada kelak kami menangis karena tidak sanggup mendidiknya dalam beragama.

Padang, 03 Juli 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Bagus bgt bu

04 Jul
Balas



search

New Post